mati rasa

Rasanya tak adil. Aku selalu mendoakan semua orang agar dapat tempat yang mereka inginkan, tempat yang paling tepat untuk mereka, tempat yang membuat mereka berkembang. Tapi, kenapa itu tidak berlaku untuk diriku?

Pertanyaan "maunya apa?" sekarang hanya membuat ku tertawa, terus dipertanyakan seolah-olah memberi harapan, seperti terus didekatkan agar ku tak lupa ku pernah punya jawabannya. 

Kenyataannya, keadaan tak memberi jarak setelah tanda tanya, tak pernah ada ruang untuk memberi jawaban. Lalu kalimat selanjutnya ditulis oleh tangan tuhan, berulang, berulang, dan terus berulang.

di saat orang orang sudah bersiap untuk lompat, aku mencoba berdiri pun masih tak bisa

Sekarang sudah tak ada semangat untuk bergerak, sudah tak ada ekspektasi nanti akan kemana, sudah tak ada jawaban ketika ditanya, dan sudah tak disebut lagi dalam doa.

Ironinya, aku adalah salah satu diantara mereka yang hidup bergantung dari satu harapan ke harapan lainnya.


berarti saat ini, aku sudah mati.


Komentar

Posting Komentar